Cerita sebelumnya: Hanya Bisa Berharap [1]
Tiba-tiba Aga sms kepada Abel yang mengajaknya jalan bareng ke Mall untuk nonton film baru di bioskop. Tuuut... Suara klakson mobil dari arah depan pintu gerbang rumah Abel yang begitu tinggi itu berbunyi. “Bi.. Itu siapa? Coba lihat.” Tanya Abel kepada pembantunya yang belum lama ini tinggal di rumah itu. “Engga tau siapa non, dia pake mobil putih. Hmm.. Mobil S... S...” jawab pembantu itu dengan terbata-bata karena tidak tahu merk mobil yang di pakai Aga tersebut. “Swift putih bi???” tebak Abel pada pembantunya itu. “Hah?! Aga dong. Untung aja aku udah siap. Asik!” kata Abel bicara pada hati kecilnya. Abel begitu bahagia saat tau Aga mengajaknya ke Mall. Abel pun pamit pada kedua orangtuanya, setelah itu Abel berjalan menuju pintu gerbang dimana Aga menunggunya. “Aga...?” kata Abel. “Hey bel. Lo cantik hari ini.” Kata Aga memujinya. Setelah beberapa lama perjalanan menuju Mall pun terhenti, akhirnya mereka sampai dengan selamat meskipun di jalan tadi mereka sempat mengalami macet. Abel mengantri untuk mendapatkan tiket nonton, kebetulan film barunya ada tiga. Tetapi mereka lebih memilih film yang romantis, yaitu “Dear My Ex-Boyfriend.” Yeah! Cocok sekali judul filmnya untuk Abel. Sedangkan Aga, di sebelah sana sedang mengantri membeli cemilan pop corn dan minuman ringan. Tak lama kemudian, pintu studio 3 dibuka. Aga dan Abel pun langsung memasuki studio 3 tersebut. Saat film tersebut hampir selesai, tergeraklah hati Aga dan ia mau memberikan kesempatan keduanya untuk Abel. Setelah selesai menonton, Aga mengajak Abel untuk makan malam. Di dalam suasana romantis, tenang, tentram dan dipenuhi oleh suara biola yang begitu merdu. Disanalah tempat yang cocok untuk Aga menembaknya kembali. “Bel.. Aku mau ngomong sama kamu.” Ucap Aga dengan wajah seriusnya itu. “Hah mau ngomong apa?” jawab Abel tersipu malu. “Sebenernya.... aku masih sayang sama kamu. Aku masih pengen kamu jadi milik aku. Aku tau kita dulu hancur. Aku tau kita dulu engga ada apa apanya. Makanya sekarang aku pengen kita balikan.” Kata Aga serius, sambil memegang tangan Abel dengan penuh keyakinan. “Kamu serius? Aku takut ini cuma bunga dari khayalan aku semalam tadi.” Kata Abel saking tidak percayanya. “Beneran, mau engga kamu jadi pacar aku lagi?” kata Aga menanyakannya kembali.
“Abeeeeel! Cepet bangun. Udah siang loh ini. AYOOO BANGUN!!!” Kata mama Abel yang sangat sulit sekali jika membangunkan Abel pagi hari. “Hhhh. Hoam. Idih, kok mama disini? Kok aku disini?” tanya Abel bingung, sangat bingung. “Iya kamu kan baru bangun tidur, jadi mungkin gak tau. Emang kamu dari malem tidur di sini kan?” kata Mama lagi. “Jadi... Jadi... Tadiii? Tadi cuman mimpi? Yang bener? Haaaaaaa mama aku engga mauuuu. Aku pengen itu jadi kenyataan. Aaaaaa.” Kata Abel yang baru bangun tidur itu langsung menangis dan menjerit. Ya Allah, jadi yang tadi itu hanya mimpi? Mimpi? Jadi aku masih jadi Abel yang selalu berharap kepada Aga, gitu? Ya Allah aku salah apa, kok jadi begini jalan cerita hidupku.” Kata hati kecil Abel, yang begitu sedih mengetahui bahwa semua ini hanya mimpi.
*
“Ma, aku sakit dada terus nih. Kenapa ya? Aduuuh sakit!” keluh Abel kepada mamanya. “Iya bel? Aduh memang kamunya kenapa sayang? Minum obat sana.” Jawab Mama khawatir. “Mah.. Mah.. Sakit banget ini engga kuaaaat!“ keluh Abel lagi yang dadanya semakin sakit. Akhirnya, mama Abel berencana membawanya ke Rumah Sakit terdekat. Saat telah di periksa dan diteliti lewat alat rongent ternyata Abel mempunya penyakit.... “Inilah hasil dari pemeriksaan anak ibu lewat rongent bu, silahkan di lihat.” Kata dokter itu dengan mimik wajah yang serius. “Jadi anak saya mempunyai penyakit apa dok? Tolong kasih tau saya dok.” Kata mamanya kepada dokter. “Maaf, anak ibu mempunyai penyakit kanker hati stadium 3.” Jawab dokter yang membuat mamanya menangis dan sangat sedih mendengarnya. “Hah apa benar dok? Saya yakin itu salah. Itu pasti tidak benar kan dok? Bilang pada saya dok, bilang!!!” Histeris mamanya saat tau anaknya mempunyai penyakit yang sudah stadium 3 itu, mamanya hanya bisa menangis, lemah tak berdaya, melihat anaknya menderita seperti itu. Abel belum tau soal ini, saat setelah di periksa. Hanya mamanya yang di perbolehkan ke ruang dokter. Terpaksa Abel harus menunggu di ruang tunggu. Saat keluar dari ruang dokter, mamanya hanya bisa menangis. Abel kebingungan melihat mamanya seperti itu. Akhirnya mama Abel bersandiwara, seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Mamanya tidak mau melihat Abel sedih, karena tau umurnya sudah tidak lama lagi. Abel penasaran apa penyakit yang sedang ia derita. Tetapi, waktu yang akan menjawabnya. Tiba-tiba saat Abel masuk kamar mamanya, berniat untuk mencari make-up yang ia butuhkan, Abel menemukan secarik kertas di dalam laci tersebut. Saat di buka kertas itu, ia tidak menyangka, ia sedih, dan tidak percaya bahwa ia memiliki penyakit ganas tersebut. Semenjak kejadian itu, Abel mulai sering murung di kamar sendirian. Yang abel lakukan itu hanya menulis diary, mengisi blog, atau menulis sebagainya seperti ingin menceritakan sesuatu yang ia sedang derita. Dia pun jarang bergaul dengan teman se-ganknya lagi. Dia kelihatan sangat sedih atas penyakit yang sedang di deritanya. Suatu saat, Abel menulis sebuah memo untuk sahabatnya, Tias. Yang dia selipkan di antara lembar demi lembar buku diary Tias itu. “Tias, maafkan kesalahan aku yang selama ini aku perbuat. Tolong maafkan aku. Bilang kepada semua teman-temanku, orangtuaku, dan kepada semua orang, tolong maafkanlah aku. Bilang juga kepada Aga aku meminta maaf, aku sangat menyayanginya, dan tidak ada orang yang bisa menggantikan posisi dia di hatiku, aku akan tunggu dia disana, di pintu surga. Dan tolong berikan diary, atau semua kertas curhatku kepada Aga saat nanti aku sudah tidak ada lagi di dunia ini. Bacalah semua itu, agar dia tau isi hatiku selama ini kepada Aga. Tolong Tias, aku mencintai kalian semua. Selamat tinggal.”
*
Penyakit Abel kambuh lagi saat ia sedang bermain di taman, mamanya sangat kaget. Lalu Abel langsung dibawa ke Rumah Sakit Harapan Mulya. Situasi disana sangat menyedihkan, semua orang menangis, semua teman-teman dekatnya Abel pun diminta mamanya untuk datang. Sedangkan Abel, di atas tempat tidur UGD lemah tidak berdaya. Tangannya tak henti-hentinya memegang dadanya. Hatinya begitu sakit, tak hentinya Abel menjerit kesakitan. Setelah kurang lebih dua jaman, Abel langsung dipindahkan ke ruangan yang mungkin membuatnya lebih tenang. Semua teman-teman dekatnya telah berkumpul diruangan itu semua. Serta dengan papa, mama, dan adiknya. Seisi ruangan itu menjadi air mata, mereka menangisi Abel. Mereka semua sangat sayang kepada Abel, sehingga tidak mau Abel kenapa-kenapa. Hanya satu orang yang selama ini Abel dambakan, yaitu mantannya sendiri Aga. Tetapi Aga tidak terlihat di antara teman-temannya itu. Abel melihat orang di sekelilingnya satu per satu, mungkin ia sedang mencari seseorang. Seseorang yang dimana begitu berarti baginya selama ini. “Uhuk.. Uhuk.. A.. Aga mana???” tanya Abel dengan nada kesakitan. “Dia engga ada disini bel, dia engga tau kalo lo ada di Rumah Sakit. Apa perlu gue kasih tau sekarang?” jawab Lea saat itu. “Eng.. Engga usah le.” Kata Abel. Kelihatannya seperti sakit asma yang susah untuk bicara, bukan penyakit hati. Saat situasi sedang hening, serius, mata mereka tertuju kepada Abel semua. “Tias.. Aku mau ber.. berbicara padamu.” Kata Abel yang meminta Tias berdekat padanya. Dengan nada pelan, Abel berbicara pada Tias. “Tias.. Hanya kam.. kamu yang aku percaya. Aku menyelipkan sebuah kertas di lembaran kertas diary kamu. Tolong laksanakan amatku itu. Jika aku sudah tiada.” Pinta Abel padanya. “Sssst kamu gak boleh ngomong gitu ah. Aku yakin, kamu pasti sembuh. Aku yakin, aku sayang kamu Abel.” Kata Tias yang tidak berhenti untuk memberikan support padanya, dan saat itu mereka berdua berpelukan. Sehingga semuanya juga ikut memeluk Abel. Saat situasi Abel semakin kritis, Zelin memberitahu Aga semua ini. Abel pingsan, karena sudah tidak kuat untuk berbicara lagi. Tiba-tiba Aga datang, dan memegang tangan Abel. Saat itu, tiba-tiba Abel pun terbangun. Aga menanyakan kabar Abel, namun Abel tidak menjawabnya. Aga sedih melihat kondisi Abel yang seperti itu, dan Aga pun langsung memeluk erat Abel. Semenjak itu, semenjak di pelukan itu, nyawa Abel pun hilang. Tidak akan kembali untuk selamanya. Abel meninggalkan dunia ini, meninggalkan semua orang yang ia cintai, meninggalkan keuda orang tuanya, meninggalkan adiknya, dan ia meninggalkan lelaki yang sangat ia cintai, Aga. Semua orang menangis histeris saat mengetahui Abel sudah tidak bernyawa lagi. Apalagi Mama, Papa, Adiknya, dan Aga.
*
Semenjak Abel pergi, Aga baru menyadari. Begitu banyak pengorbanan yang Abel beri kepadanya. Teman-temannya menceritakan semuanya yang terjadi saat Abel masih hidup, saat Abel masih bisa menyayangi Aga sepenuh hatinya. Namun, sekarang sudah terlambat. Abel tidak akan pernah kembali lagi. Aga hanya bisa mengingat kenangan-kenangan mereka dulu. Sama seperti Abel jika sedang merindukan Aga, dulu. “Semoga Abel tenang di sana. Aku menyayangimu, sangat. Tunggu aku di pintu surga, bel.” Ucap Aga dalam hati.
END...