Laman

Sabtu, 01 September 2012

Hanya Bisa Berharap [2]


Cerita sebelumnya: Hanya Bisa Berharap [1] 
Tiba-tiba Aga sms kepada Abel yang mengajaknya jalan bareng ke Mall untuk nonton film baru di bioskop. Tuuut... Suara klakson mobil dari arah depan pintu gerbang rumah Abel yang begitu tinggi itu berbunyi. “Bi.. Itu siapa? Coba lihat.” Tanya Abel kepada pembantunya yang belum lama ini tinggal di rumah itu. “Engga tau siapa non, dia pake mobil putih. Hmm.. Mobil S... S...” jawab pembantu itu dengan terbata-bata karena tidak tahu merk mobil yang di pakai Aga tersebut. “Swift putih bi???” tebak Abel pada pembantunya itu. “Hah?! Aga dong. Untung aja aku udah siap. Asik!” kata Abel bicara pada hati kecilnya. Abel begitu bahagia saat tau Aga mengajaknya ke Mall. Abel pun pamit pada kedua orangtuanya, setelah itu Abel berjalan menuju pintu gerbang dimana Aga menunggunya. “Aga...?” kata Abel. “Hey bel. Lo cantik hari ini.” Kata Aga memujinya. Setelah beberapa lama perjalanan menuju Mall pun terhenti, akhirnya mereka sampai dengan selamat meskipun di jalan tadi mereka sempat mengalami macet. Abel mengantri untuk mendapatkan tiket nonton, kebetulan film barunya ada tiga. Tetapi mereka lebih memilih film yang romantis, yaitu “Dear My Ex-Boyfriend.” Yeah! Cocok sekali judul filmnya untuk Abel. Sedangkan Aga, di sebelah sana sedang mengantri membeli cemilan pop corn dan minuman ringan. Tak lama kemudian, pintu studio 3 dibuka. Aga dan Abel pun langsung memasuki studio 3 tersebut. Saat film tersebut hampir selesai, tergeraklah hati Aga dan ia mau memberikan kesempatan keduanya untuk Abel. Setelah selesai menonton, Aga mengajak Abel untuk makan malam. Di dalam suasana romantis, tenang, tentram dan dipenuhi oleh suara biola yang begitu merdu. Disanalah tempat yang cocok untuk Aga menembaknya kembali. “Bel.. Aku mau ngomong sama kamu.” Ucap Aga dengan wajah seriusnya itu. “Hah mau ngomong apa?” jawab Abel tersipu malu. “Sebenernya.... aku masih sayang sama kamu. Aku masih pengen kamu jadi milik aku. Aku tau kita dulu hancur. Aku tau kita dulu engga ada apa apanya. Makanya sekarang aku pengen kita balikan.” Kata Aga serius, sambil memegang tangan Abel dengan penuh keyakinan. “Kamu serius? Aku takut ini cuma bunga dari khayalan aku semalam tadi.” Kata Abel saking tidak percayanya. “Beneran, mau engga kamu jadi pacar aku lagi?” kata Aga menanyakannya kembali. 
“Abeeeeel! Cepet bangun. Udah siang loh ini. AYOOO BANGUN!!!” Kata mama Abel yang sangat sulit sekali jika membangunkan Abel pagi hari. “Hhhh. Hoam. Idih, kok mama disini? Kok aku disini?” tanya Abel bingung, sangat bingung. “Iya kamu kan baru bangun tidur, jadi mungkin gak tau. Emang kamu dari malem tidur di sini kan?” kata Mama lagi. “Jadi... Jadi... Tadiii? Tadi cuman mimpi? Yang bener? Haaaaaaa mama aku engga mauuuu. Aku pengen itu jadi kenyataan. Aaaaaa.” Kata Abel yang baru bangun tidur itu langsung menangis dan menjerit. Ya Allah, jadi yang tadi itu hanya mimpi? Mimpi? Jadi aku masih jadi Abel yang selalu berharap kepada Aga, gitu? Ya Allah aku salah apa, kok jadi begini jalan cerita hidupku.” Kata hati kecil Abel, yang begitu sedih mengetahui bahwa semua ini hanya mimpi.
*
“Ma, aku sakit dada terus nih. Kenapa ya? Aduuuh sakit!” keluh Abel kepada mamanya. “Iya bel? Aduh memang kamunya kenapa sayang? Minum obat sana.” Jawab Mama khawatir. “Mah.. Mah.. Sakit banget ini engga kuaaaat!“ keluh Abel lagi yang dadanya semakin sakit. Akhirnya, mama Abel berencana membawanya ke Rumah Sakit terdekat. Saat telah di periksa dan diteliti lewat alat rongent ternyata Abel mempunya penyakit.... “Inilah hasil dari pemeriksaan anak ibu lewat rongent bu, silahkan di lihat.” Kata dokter itu dengan mimik wajah yang serius. “Jadi anak saya mempunyai penyakit apa dok? Tolong kasih tau saya dok.” Kata mamanya kepada dokter. “Maaf, anak ibu mempunyai penyakit kanker hati stadium 3.” Jawab dokter yang membuat mamanya menangis dan sangat sedih mendengarnya. “Hah apa benar dok? Saya yakin itu salah. Itu pasti tidak benar kan dok? Bilang pada saya dok, bilang!!!” Histeris mamanya saat tau anaknya mempunyai penyakit yang sudah stadium 3 itu, mamanya hanya bisa menangis, lemah tak berdaya, melihat anaknya menderita seperti itu. Abel belum tau soal ini, saat setelah di periksa. Hanya mamanya yang di perbolehkan ke ruang dokter. Terpaksa Abel harus menunggu di ruang tunggu. Saat keluar dari ruang dokter, mamanya hanya bisa menangis. Abel kebingungan melihat mamanya seperti itu. Akhirnya mama Abel bersandiwara, seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Mamanya tidak mau melihat Abel sedih, karena tau umurnya sudah tidak lama lagi. Abel penasaran apa penyakit yang sedang ia derita. Tetapi, waktu yang akan menjawabnya. Tiba-tiba saat Abel masuk kamar mamanya, berniat untuk mencari make-up yang ia butuhkan, Abel menemukan secarik kertas di dalam laci tersebut. Saat di buka kertas itu, ia tidak menyangka, ia sedih, dan tidak percaya bahwa ia memiliki penyakit ganas tersebut. Semenjak kejadian itu, Abel mulai sering murung di kamar sendirian. Yang abel lakukan itu hanya menulis diary, mengisi blog, atau menulis sebagainya seperti ingin menceritakan sesuatu yang ia sedang derita. Dia pun jarang bergaul dengan teman se-ganknya lagi. Dia kelihatan sangat sedih atas penyakit yang sedang di deritanya. Suatu saat, Abel menulis sebuah memo untuk sahabatnya, Tias. Yang dia selipkan di antara lembar demi lembar buku diary Tias itu. “Tias, maafkan kesalahan aku yang selama ini aku perbuat. Tolong maafkan aku. Bilang kepada semua teman-temanku, orangtuaku, dan kepada semua orang, tolong maafkanlah aku. Bilang juga kepada Aga aku meminta maaf, aku sangat menyayanginya, dan tidak ada orang yang bisa menggantikan posisi dia di hatiku, aku akan tunggu dia disana, di pintu surga. Dan tolong berikan diary, atau semua kertas curhatku kepada Aga saat nanti aku sudah tidak ada lagi di dunia ini. Bacalah semua itu, agar dia tau isi hatiku selama ini kepada Aga. Tolong Tias, aku mencintai kalian semua. Selamat tinggal.”
*
Penyakit Abel kambuh lagi saat ia sedang bermain di taman, mamanya sangat kaget. Lalu Abel langsung dibawa ke Rumah Sakit Harapan Mulya. Situasi disana sangat menyedihkan, semua orang menangis, semua teman-teman dekatnya Abel pun diminta mamanya untuk datang. Sedangkan Abel, di atas tempat tidur UGD lemah tidak berdaya. Tangannya tak henti-hentinya memegang dadanya. Hatinya begitu sakit, tak hentinya Abel menjerit kesakitan. Setelah kurang lebih dua jaman, Abel langsung dipindahkan ke ruangan yang mungkin membuatnya lebih tenang. Semua teman-teman dekatnya telah berkumpul diruangan itu semua. Serta dengan papa, mama, dan adiknya. Seisi ruangan itu menjadi air mata, mereka menangisi Abel. Mereka semua sangat sayang kepada Abel, sehingga tidak mau Abel kenapa-kenapa. Hanya satu orang yang selama ini Abel dambakan, yaitu mantannya sendiri Aga. Tetapi Aga tidak terlihat di antara teman-temannya itu. Abel melihat orang di sekelilingnya satu per satu, mungkin ia sedang mencari seseorang. Seseorang yang dimana begitu berarti baginya selama ini. “Uhuk.. Uhuk.. A.. Aga mana???” tanya Abel dengan nada kesakitan. “Dia engga ada disini bel, dia engga tau kalo lo ada di Rumah Sakit. Apa perlu gue kasih tau sekarang?” jawab Lea saat itu. “Eng.. Engga usah le.” Kata Abel. Kelihatannya seperti sakit asma yang susah untuk bicara, bukan penyakit hati. Saat situasi sedang hening, serius, mata mereka tertuju kepada Abel semua. “Tias.. Aku mau ber.. berbicara padamu.” Kata Abel yang meminta Tias berdekat padanya. Dengan nada pelan, Abel berbicara pada Tias. “Tias.. Hanya kam.. kamu yang aku percaya. Aku menyelipkan sebuah kertas di lembaran kertas diary kamu. Tolong laksanakan amatku itu. Jika aku sudah tiada.” Pinta Abel padanya. “Sssst kamu gak boleh ngomong gitu ah. Aku yakin, kamu pasti sembuh. Aku yakin, aku sayang kamu Abel.” Kata Tias yang tidak berhenti untuk memberikan support padanya, dan saat itu mereka berdua berpelukan. Sehingga semuanya juga ikut memeluk Abel. Saat situasi Abel semakin kritis, Zelin memberitahu Aga semua ini. Abel pingsan, karena sudah tidak kuat untuk berbicara lagi. Tiba-tiba Aga datang, dan memegang tangan Abel. Saat itu, tiba-tiba Abel pun terbangun. Aga menanyakan kabar Abel, namun Abel tidak menjawabnya. Aga sedih melihat kondisi Abel yang seperti itu, dan Aga pun langsung memeluk erat Abel. Semenjak itu, semenjak di pelukan itu, nyawa Abel pun hilang. Tidak akan kembali untuk selamanya. Abel meninggalkan dunia ini, meninggalkan semua orang yang ia cintai, meninggalkan keuda orang tuanya, meninggalkan adiknya, dan ia meninggalkan lelaki yang sangat ia cintai, Aga. Semua orang menangis histeris saat mengetahui Abel sudah tidak bernyawa lagi. Apalagi Mama, Papa, Adiknya, dan Aga.
*
Semenjak Abel pergi, Aga baru menyadari. Begitu banyak pengorbanan yang Abel beri kepadanya. Teman-temannya menceritakan semuanya yang terjadi saat Abel masih hidup, saat Abel masih bisa menyayangi Aga sepenuh hatinya. Namun, sekarang sudah terlambat. Abel tidak akan pernah kembali lagi. Aga hanya bisa mengingat kenangan-kenangan mereka dulu. Sama seperti Abel jika sedang merindukan Aga, dulu. “Semoga Abel tenang di sana. Aku menyayangimu, sangat. Tunggu aku di pintu surga, bel.” Ucap Aga dalam hati.

END...

Hanya Bisa Berharap [1]



            Teng.. Teng.. Teng.. Suara bel istirahat berbunyi. Lea, Putri, Acid, dan Nuri mengajak sahabatnya Abel yang sedang serius mengerjakan tugas. “Abel.. bel.. ke kantin yuk!” ajak mereka. “Oh. Entar aja deh, aku nyusul yah. Tugas pelajaran Matematika nya belum selesai, tanggung nih dikit lagi. Enggak apa kan?” kata Abel sambil mengerjakan tugasnya. “Oh, yaudah kamu nyusul aja yah, kita duluan, daaah!” kata mereka. Satu menit kemudian. Abel berjalan menuju kantin, yang berada di belakang sekolah. Saat berjalan sendirian, tiba-tiba perasaannya mengatakan seperti ada yang melihatnya di belakang. Saat ia menengok ke belakang, benar saja salah satu pria populer di sekolah tetangga yang berdepanan dengan sekolah Abel itu melihatnya dengan penuh senyuman, jelas Abel kaget. Setelah ia membalas senyuman kepada pria itu, Abel langsung bergegas melanjutkan langkahnya menuju kantin.
            Esok harinya, ketika Abel baru saja datang ke sekolah dan belum sempat menyimpan tasnya, Zarin menghadangnya dan menanyakan sesuatu. “Bel, ada yang minta nomor handphone kamu tuh, boleh aku kasih enggak?” tanyanya. “Hah? Siapa?” Abel bingung dan penasaran. “Itu cowok sekolah tetangga sebelah. Hehe. Boleh aja yah!” kata Zarin. “Ohaha. Hmm gimana yah? Emang buat apaan sih? Minta nomorku segala.” Kata Abel dengan polos. “Udah boleh aja deh. Buat… Hmm ada aja! Mau tau orangnya?” Katanya seperti berteka-teki. “Yaudah terserah kamu aja deh, jangan buat macam-macam yah! Siapa?” pinta Abel. “Okey bos! Hmm tapi kamu pura-pura tidak tahu saja ya?! Hm.. Hm.. Itu.. A... Aga! Hehe.” kata Zarin. “Oh Aga!” kata Abel yang terkejut dan tak menyangka bahwa Aga yang meminta nomor handphone miliknya. “Hah?! Aga??! Aga??! Seriusan? Buat apa coba.” Katanya lagi di dalam hati.
           Pada malam hari saat Abel asyik mendengarkan music kesukaannya di laptop, tiba-tiba handphone ia berbunyi. “Siapa nih yang sms. Ko engga ada namanya!” kata Abel penasaran. “Hey. Ini bener Abel? Anak 22?”, “Iya, aku Abel anak 22. Ini siapa ya?”, “Aku A_A. Anak 25. Tau?”, “Oh iya tau, tau. Kamu Aga bukan sih?” , “Iya, hehe. Kamu tau aja. Eh btw, maaf ganggu ya.” , “Hahaha iya, gak ganggu kok. Nyantei aja..”
*
             “Abel…! Berangkat bareng yuk.” Kata Ara mengajak Abel untuk berangkat ke tempat les bareng. “Boleh, hehe” jawab Abel.
Saat sampai di tempat les, Abel melihat Aga sedang duduk di depan kantin dan Abel yang sedang melihat Aga sambil menyebrang jalan. “Abel...!” saut Aga. “Hey Aga! Aku ke kelas duluan yah.” kata Abel sambil malu-malu. “Iya, hehe. Sampai ketemu di kelas ya.” kata Aga. “Cie Abel, cerita yah! Ada apa. Ada apa??? Hahaha.” tanya Ara penasaran, melihat keanehan antara Aga dan Abel. “Apaan sih Ara. Haha” kata Abel tersipu malu. Beberapa hari kemudian setelah Aga sms Abel, ternyata Abel kembali menerima telefon dari Aga. “Halo. Abel?” “Iya, Aga. Ada apa ya?” “Hmm aku mau ngomong sesuatu nih sama kamu, boleh?” “Ohaha boleh lah. Mau bilang apa?” “Hm gini sebenernya, udah lama aku suka sama kamu. Aku Falling In Love sama kamu, hehe. Pas kamu mau ke kantin itu. Inget?” “Hah? Masa sih. Aneh deh, hehe. Oh makasih ya kalo gitu. Iya inget ko.” “Iya, hahaha ya.. terus gimana?” “Gimana apanya?” “Gimana jawabannya! Plis jangan buat aku kecewa Abel.” “Hah? Kamu nembak aku? Mati dong. Hahaha. Hmm kasih aku waktu beberapa hari aja ya.” “Ah kamu, ini lagi serius juga masih aja bercanda, hehe. Haduh. Jangan dong, aku mau besok yah. Soalnya entar aku gak bisa tidur nih, mikirin kamu. Hehe.” “Hah? Secepet itu ya? Hmm yaudah boleh deh, boleh. Hahaha apaan sih. Gombal deh ih..” “Serius bel. Kalo kamu nerima aku, aku adalah pria terbahagia sedunia! Aku harap kamu nerima aku ya.” “Iya. Udah ah, jangan terlalu serius gitu, geli dengernya. Hahahaha. Oke, kan besok aku jawabnya. Okey!” “Ah kamu, serius tapi beneran serius emang. Haha. Hmm.. okey deh.” “Oke. Hehe. Sana belajar!” “Oke. Hehe. Bye ya.. Good Night Abel.” “Good Night, to. Wassalamualaikum.” “Waalaikumsalam, abel.” Tutup Aga di sebrang sana.
*
            Saat Aga menembak Abel, tak sedikit pun ada perasaan di hati Abel untuk Aga. Esok harinya, saat Abel tiba di sekolah ia meminta pendapat kepada sahabat-sahabat. “Hei. Tau gak, aku ditembak loh.” Kata Abel dengan nada biasa saja tapi sedikit gembira. “Sama siapaaaa?” tanya Lea, Putri, Acid, Nuri, Fai dan Helen kompak. “Aga. Hehe. Gimana ya jawabannya?” kata Abel cengar-cengir. “HAH? Wow! Cowok popular itu? TERIMAAAAAA!!! Pokoknya terima!” teriak mereka semangat. “Haha, yaudah deh iya! Ah kenapa jadi kalian yang semangat gitu sih? Haha” jawab Abel biasa saja. Setiba pulang sekolah, Aga kembali menagih janji kepada Abel dan menelfonnya. “Halo, Bel..!” sambut Aga. “Iya, apa? Nagih Janji ya? Haha.” Jawab Abel. “Haha tau aja. Teruss? Apa jawabannya??? Ayo dong.” Tanya Aga penasaran. “Hmm.. Iya.” Jawab Abel singkat. “Iya apa??? Haha.” tanya ulang Aga, pura-pura tidak mengerti apa yang dikatakan Abel. “Ah Aga, iyah aku nerima kok! Haha.” Kata Abel malu-malu. “Haha yesss! Berarti mulai detik ini, hari ini, sekarang, AKU punya KAMU! Aku pria terbahagia sedunia! Aku sayang kamu!!! Yes, makasih ya Abel.” Kata Aga semangat. “Hahaha iya, ah kamu lebay deh. Hehe. Sama-sama Aga-ku!” kata pertama yang di ucapkan Abel dengan mesra kepada Aga.
            Semenjak jadian, mereka semakin dekat dan kompak. Aga cowok terpopuler di SMA 25, ternyata sifatnya tidak seburuk apa yang mereka bayangkan. Aga sangat menyayangi Abel. Saat istirahat sewaktu Ujian Nasional, Aga sangat ingin bertemu Abel. Aga menyuruh Ara sahabat Abel, supaya dirinya memanggilkan Abel untuk bertemu dengan Aga. “Abel.. dipanggil Aga tuh. Katanya dia pengen ketemu kamu. Ayooo!” pinta Ara. “Ah engga. Aku malu ini kan jam istirahat, banyak orang diluar. Bilangin ke Aga, kalo pengen ketemu aku nanti pulang sekolah aja deh yah.” Pinta Abel. “Oh. Yaudah! Oke deh.” Jawab Ara. “Ga, Abel nya gak mau tuh, entar aja pulang sekolah katanya. Gimana dong?” kata Ara berbicara kepada Aga. “Hah. Ayo dong plis. Bujuk dia, plisss dong!” paksa Aga sambil bersujud-sujud di depan Ara, supaya Ara membujuk Abel untuk menemui dirinya. “Iya... Iya/..” jawab pasrah Ara. Akhirnya, Abel tetap menolak untuk bertemu Aga pada istirahat itu. Hingga pas pulang sekolah mereka bertemu dan mengobrol. “Bel, tadi kenapa kamu gak mau ketemu aku sih? Padahalkan aku pengen ketemu sama kamu.” Kata Aga. “Hahaha. Gak mau ah, aku kan gak mau ketemu kamu. Hehe. Udah ah, yang penting kan aku ini ketemu kamu!” jawab Abel. “Iya iya, maafin aku yah sayang. Hehe.” Kata Aga. “Hehehe. Iya gapapa kok.” Bales Abel.
            Saat Aga tau Abel memilih Universitas yang berbeda dengannya, Aga sedih sangat sedih. Karena, Aga ingin Abel juga memilih Universitas yang sama dengannya. Tapi, keputusan itu tak menghalangi niat Aga untuk tetap mempertahankan hubungannya itu. Aga berjanji akan menunggunya sampai nanti kelak mereka lulus kuliah. Asal Abel tidak akan pernah memutuskan hubungannya dengan Aga, katanya. Saat tanggal 4 February datang, dimana Abel berulang tahun tersebut, Aga memberi kejutan kecil-kecilan untuk kekasih hatinya. Aga yang diantar oleh sahabatnya Lio, memberikan hadiah yang dibungkus oleh kertas kado berwarna pink-merah yang melambangkan cinta kepada Abel. Setelah dibuka, ternyata isinya itu boneka anjing berwarna coklat cream yang sangat lucu dan menggemaskan. Tak lupa ucapan happy birthday yang Aga tulis di dalam catatan handphone milikknya untuk Abel. 
            Esok harinya, Lea membawa berita yang mungkin sedikit membuat Abel sangat cemburu. “Bel, tau gak? Aku kan tadi minjem handphone Aga mau minta nomor Dani, eh wallpaper handphonenya itu gambar cewek loh. Gatau itu siapa, tapi aku tanya ke Aga. Tapi dia Cuma ngejawab, plis jangan bilangin ini ke Abel, entar aku takut di putusin sama dia. Gitu katanya, sabaaar ya bel! Entah itu bener atau engganya.” Cerita Lea itu dengan jelas membuat Abel sangat marah kepada Aga. “Hah? Masa? Mungkin itu sodaranya kali.” Jawab Abel dengan santai. “Enggak. Kalo emang sodaranya, mungkin tadi Aga juga gak segitunya mohon-mohon ke aku biar gak ngasih tau kamu. Tapi terserah kamu juga sih.” Jawab Lea lagi, yang membuat hati Abel semakin panas. “Yaudahlah, jangan dipercaya dulu itu. Sebelum dia ngejelasin. Oke!” kata Abel, padahal dalam hatinya dia ingin menangis dan marah pada Aga. Saat dirumah, Abel sudah memikirkan rencana yang tidak-tidak. Ingin putus dari Aga lah, ingin mengembalikan boneka Aga itulah, dan segala macam. Besoknya saat disekolahan, benar saja Abel membawa tas plastik yang di dalamnya ada boneka dan foto Aga, yang Aga kasih saat Abel ulang tahun. Saat di kelas, Abel meminta Zelin untuk mememaninya berbicara empat mata dengan Aga. “Plis, entar anter aku ya. Aku mau putusin Aga. Aku benci sama dia. Benci banget!!!” pinta Abel ke Zelin. “Hey kamu harus fikir ini beberapa kali. Jangan asal mengambil keputusan, kalo engga nanti kamu bakalan nyesel!” kata Ira. “Aku udah fikirin ini beberapa kali kok. Udahlah, yang tau cuman aku. Aku gak akan nyesel kok! Tenang aja deh!!!” kata Abel santai.
            Ketika sebentar lagi akan pulang sekolah, Abel meminta Fai, Helen dan Zelin untuk mengantarnya bertemu dengan Aga. Rencana Abel pasti akan membuat sakit hati Aga, karena esok harinya tanggal 7 February tersebut Aga berulang tahun. Saat mereka bertemu dan hanya empat mata, dengan situasi yang agak serius Abel terpaksa harus menyampaikan ini. “Mulai dari sekarang, detik ini, hari ini, sekarang! Tanggal 6 February, aku bukan punya kamu lagi. Kamu bebas mau ngelakuin apapun yang kamu suka. Akupun begitu. Okey! Jadi plis hargain keputusan aku ini. Makasih buat semuanya yang kamu kasih buat aku. Makasih udah ngasih yang terbaik untuk aku.” Kata Abel dengan serius dan Abel langsung meninggalkan Aga begitu saja dan memberikan boneka itu pada teman-temannya. Tetapi, beda dengan Aga yang tidak bisa menerima ini semua begitu saja. Aga tidak siap, hidupnya akan hampa lagi tanpa Abel disisinya. Abel memberikan boneka itu, Aga emosi dan marah. Aga langsung meninggalkan teman-teman Abel, dan mengambil boneka tersebut dari tangan Zelin salah seorang teman Abel. Aga langsung cerita pada Lio dan Gemi sahabatnya, lalu mereka menginjak-injak dan menendang boneka itu. Dan, Aga menitipkan seselip kata terakhir buat Abel. “Bel, kata Aga ini boneka ambil aja, atau engga lo buang deh!” ucap Lio sambil menendang boneka itu. Sama-sama sedang emosi, Abel pun menendang boneka itu dan tidak rela menyentuhnya. Saat Abel bingung, mau diberikan kepada siapa boneka tersebut, Dika tiba-tiba muncul. Dan Abel langsung mendatangi Dika. “Dikaaa...! Tunggu!!! Dika, kamu punya adik atau saudara cewek kan?” kata Abel semangat. ”Iya aku punya adik cewek kok, kenapa?” kata Dika. “Waaah bagus tuh. Ini boneka buat adik kamu aja deh, simpen yaaa!” pinta Abel. Dika pun menerima boneka tersebut dengan senang hati.
             Semakin lama, saat Abel menginjak akhir semester 1 di kuliahnya. Abel mulai merasakan karma terhadap perlakuannya pada Aga setaun yang lalu. Pokoknya, setiap ada cowok yang menembak Abel, pasti Abel berkata “Maaf ya. Aku masih sayang sama mantan aku”. Semakin hari, semakin lama, kondisi Abel cukup memprihatinkan dia sangat tergila-gila pada Aga, dan merasa bersalah karena setelah ia meninggalkan Aga, ia baru menyadari betapa berartinya Aga dihidupnya. Kondisi Abel sangat di sayangkan oleh sahabat kuliahnya, Tias salah satunya. Segala informasi yang Abel dapat, salah satunya dari Zelin, sahabat semasa SMAnya dan sekarang kebetulan satu Universitas dengan Aga. Abel sangat memohon pada Zelin, tolong bujuk dan hasut Aga agar dia mau kembali lagi padanya. Tapi, karena Aga sudah sangat sakit hati karena ulah Abel satu tahun yang lalu, Aga tidak mau lagi kembali pada Abel dan Aga sangat membenci Abel. Meski hati Aga akan selalu untuk Abel. Gara-gara Abel, Aga pun kerapkali pernah kemasukan makhluk halus di kampusnya. Atau melakukan hal konyol di depan teman-temannya, contohnya ia berani menangis jikalau ia melihat sepasang cewek dan cowok sedang jalan berdua, katanya ia rindu dengan masa itu bersama Abel. Hidup mereka berdua cukup rumit saat itu. Seiring berjalannya waktu, Aga lumayan bisa melupakan sosok Abel dan mulai bisa menemukan pengganti Abel di hatinya. Tetapi teman Abel sekaligus teman dekat Aga juga bilang. Bahwa gara-gara Abel meninggalkannya dulu, hidup Aga tambah engga karuan. Aga jadi perokok berat, dan rajin gonta-ganti cewek.
            Semakin lama semakin kuat perasaan Abel untuk Aga, tetapi Abel penasaran, bagaimana perasaan Aga saat ini untuknya. Dan saking kuat perasaannya untuk Aga tersebut, Abel sudah tidak kuat menahan ini semua sendirian dan dengan waktu yang lama. Abel takut ia gila karena Aga. Abel merasa, ini karma yang mungkin pantas ia dapatkan. Saat mereka lulus kuliah dimana waktunya mereka mencari pekerjaan, Abel tiba-tiba sms Aga duluan. Semakin lama, mereka semakin akrab di sms. Sampai saat Aga mempunyai hubungan dengan Ima, hubungan mereka kandas gara-gara Ima mengira Aga selingkuh. Abel merasa, cewek selingkuhan Aga tersebut ialah dirinya. Karena hubungan Aga dan Abel sudah lebih dari sebatas seperti teman biasa, dan mereka saling mengakui kalau Aga mantan terindah bagi Abel, begitupun sebaliknya. Tetapi, Abel bingung dengan Aga. Sudah banyak bukti omongan yang bilang kalau Aga itu masih sayang sama Abel, tapi mengapa Aga sepertinya kadang peduli dan kadang tidak peduli sama sekali terhadap Abel. Aga sering mengungkit-ungkit tentang masa lalu mereka di sms, dan Abel pun senang melihat Aga seperti itu. Saat mereka mendapatkan tempat bekerja yang sama, Abel begitu juga Aga kelihatannya saling senang bahwa mereka bekerja dalam satu perusahaan. Tetapi, sampai saat ini Abel pun masih bingung apa yang Aga rasakan terhadapnya. Abel sangat penasaran, apa yang Aga rasakan pada Abel saat ini. Seringkali Abel mengkhayal, mencoba membayangkan ketika Abel dan Aga kembali pacaran. Setiap kali Abel melihat bahwa Aga mempunyai pacar baru, tak menghalangi niat Abel untuk berusaha agar Aga menjadi milik Abel kembali.
             Kisah cinta Abel dan Aga memang membuat teman-teman mereka kebingungan. Sahabat Abel; Dede, Tias, Ferri, Rama, Nay, Lia, dan Mei mendukung sekali Abel dan Aga balikan. Banyak yang support mereka agar mereka balikan. Sampai cerita ini singgah ke telinga teman-teman yang lain. Ada yang memberi respon baik dan mendukung, ada juga yang menilai bahwa Abel itu tidak punya malu, dll. Sampai saat ini Abel masih bersikeras untuk kembali lagi pada Aga. Saat ulang tahun Abel, Aga lah yang mengucapkan pertama kali pada jam 00.00 teng. Gara-gara kejadian di ulangtahun Abel tahun ini, pacar Aga yang sekarang, Agna pernah bertengkar hebat dengan Abel. Berita bahwa mereka bertengkar ini banyak orang yang telah mengetahuinya. Sampai ada teman Aga bilang, katanya ia ingin menuliskan lagu tentang mereka berdua. Abel yakin, bahwa Aga masih menyimpan rasa padanya. Dan salah satunya, beberapa hari yang lalu Aga sms pada Abel bahwa Aga merasa Abel cuek padanya.“Bel, ko kalo di tempat kerja kamu gak suka nanya sama aku? Padahal, aku udah liatin kamu, eh kamunya malah balik muka. Lain kali, kalo kita papasan lagi, kamu senyum dong sama aku. Aku pengen kamu senyum sama aku. Oke? Hehe.” Itu salah satu contoh bahwa sepertinya Aga masih simpatik terhadap Abel. Ditambah Ferri sahabat semasa SMAnya Abel dan satu jurusan kuliah dengan Aga. Ferri sering cerita kepada Abel, bahwa Aga sering menanyakan informasi apa saja yang menyangkut tentang Abel. Abel semakin bingung dengan semua keadaan yang sedang terjadi ini. Dia hanya ingin kejelasan dari Aga saja. Apa yang Aga mau selama ini.
*

Bersambung, selanjutnya ada di Hanya Bisa Berharap [2] :-)

Senin, 23 Januari 2012

Gong Xi Fat Chai

Monday, 23 January 2012. Mihihi Gong Xi Fat Chai ya bagi yg merayakan... Semoga semuanya semakin baik. Dan hidupnya yg baik baik aja. Pokoknya Selamat Tahun Baru China!!!!